Modus penipuan digital semakin bervariasi. Para penjahat sukses merampas dana korban dengan berbagai metode. Salah satu taktik yang baru-baru ini menjadi sorotan adalah pengiriman undangan melalui WhatsApp. Penjahat ini akan memberikan file yang harus diunduh dan ternyata file tersebut berformat (.apk).
Semuel juga membongkar cara para penjahat dalam membuat rekening bank. Berdasarkan penyelidikan, akun bank tersebut dibuat oleh pihak ketiga.
Setelah pembuatan rekening selesai, individu tersebut akan menerima kompensasi dan rekening berpindah ke tangan penjahat. “Kami menemukan di lapangan, mereka memanfaatkan orang lain untuk mendaftar, memberi mereka kompensasi, dan kemudian mengambil alih akun bank mereka,” kata Semuel.
Berikut ini adalah beberapa taktik penipuan yang dapat menguras rekening korban:
Table of Contents
Toggle1. Penawaran yang menarik
Semuel Abrijani Pangerapan, Dirjen Aptika Kementerian Kominfo, menjelaskan bahwa salah satu indikator penipuan adalah adanya penawaran yang tidak realistis atau terlalu berlebihan. Misalnya, menawarkan harga ponsel yang jauh lebih rendah dari harga pasar.
“Jangan terpedaya oleh penawaran yang tidak masuk akal, harga ponsel awalnya Rp 10 juta, dengan saya menjadi Rp 2 juta. Sudah tentu itu penipuan,” kata Semuel dalam acara ‘Cek Rekening Dulu Transaksi Kemudian’ pada Senin (31/7/2023).
2. Panggilan, Pesan, atau SMS yang Mencurigakan
Semuel menjelaskan indikator kedua adalah menerima pesan yang tidak jelas dari orang yang tidak dikenal. Ini bisa dalam bentuk telepon, WhatsApp, atau SMS.
“Contoh undangan pernikahan, pengirim undangan tidak dikenal, pihak yang menikah juga tidak dikenal. Karena kepo, masyarakat langsung mengklik saja,” jelasnya.
3. Menggunakan Teknik Social Engineering
Metode terakhir adalah dengan menggunakan teknik social engineering. Para penipu akan memanfaatkan kelemahan korban untuk melakukan aksinya.
“Mereka menggunakan teknik social engineering, memanfaatkan kelemahan-kelemahan kita,” kata Semuel.
sumber: CNBC Indonesia