Perkembangan teknologi finansial di Indonesia terus bergerak ke arah yang semakin maju. Kita melihat langsung bagaimana aset digital seperti crypto, blockchain, hingga tokenisasi aset mulai membentuk ulang wajah keuangan nasional. Ini bukan lagi tren global yang jauh dari jangkauan kita. Di sini, di Indonesia, momentum itu sedang terjadi – dan kita tidak boleh ketinggalan.
Beberapa hari terakhir, kami mengikuti laporan dari Project Wira, hasil kolaborasi antara BRI Ventures, Saison Capital, D3 Labs, dan Tiger Research. Laporan ini menyoroti bagaimana teknologi blockchain bukan hanya sekadar inovasi teknis, tetapi telah membuka jalan menuju transformasi menyeluruh dalam ekosistem keuangan kita.
Markus Liman Rahardja, Chief Investment Officer BRI Ventures, mengatakan bahwa pihaknya secara aktif menjembatani kolaborasi antara institusi keuangan konvensional dan pemain teknologi inovatif. “Dengan menjembatani dua dunia ini, kami ingin mendorong pertumbuhan berkelanjutan, memperluas inklusi keuangan, dan mempercepat adopsi aset digital di Indonesia,” ujarnya dalam siaran pers pada Senin (28/4/2025).
Data terbaru menunjukkan bahwa pengguna aset crypto di Indonesia sudah lebih dari 20 juta orang, menjadikan Indonesia sebagai negara dengan tingkat adopsi Web3 tertinggi ketiga secara global. Hal ini membuktikan bahwa masyarakat kita semakin terbuka terhadap aset digital.
Di sisi lain, Steven Suhadi selaku Founder Coinvestasi turut menyoroti pentingnya peran ekosistem dalam mendorong pertumbuhan industri ini. “Kami melihat pertumbuhan signifikan dalam talenta developer, keterlibatan institusi, serta kejelasan regulasi yang bersama-sama membentuk fondasi untuk kemajuan jangka panjang. Di Coinvestasi, peran kami adalah menghubungkan ekosistem: memfasilitasi dialog, berbagi wawasan, dan menciptakan kolaborasi yang mendorong industri maju,” ujarnya.
Kondisi sosial-ekonomi Indonesia juga sangat mendukung. Populasi muda yang aktif, kelas menengah yang berkembang, dan makin kuatnya infrastruktur pembayaran digital adalah bahan bakar utama dalam mempercepat adopsi inovasi ini.
Yang menarik, Project Wira juga mencatat bahwa saat ini sudah 7% populasi Indonesia memiliki aset digital, bahkan melebihi jumlah investor saham yang tercatat di Bursa Efek Indonesia sebanyak 6,4 juta orang. Angka ini memberi sinyal kuat bahwa potensi adopsi aset digital di negara kita masih sangat besar.
Tak hanya itu, inovasi juga mulai menjalar ke sektor-sektor lain seperti uang digital, komoditas, obligasi, kredit karbon, bahkan properti. Laporan tersebut memperkirakan bahwa permintaan terhadap tokenisasi aset di Indonesia dapat mencapai angka fantastis sebesar US$88 miliar pada tahun 2030.
Menanggapi hal ini, berbagai pihak mulai bergerak. Salah satu upaya nyata adalah peluncuran Tokenize Indonesia, sebuah program akselerator untuk startup berbasis Real-World Asset (RWA) yang ingin berekspansi ke Indonesia. Program ini dirancang sebagai lanjutan dari laporan Project Wira yang diluncurkan November 2024 lalu.
Kolaborasi ini melibatkan banyak pihak – Saison Capital (lengan investasi dari Credit Saison Jepang), BRI Ventures (anak perusahaan BRI), dan Coinvestasi sebagai platform media edukasi blockchain. Program ini akan berjalan dari April hingga Agustus 2025. Nantinya, startup yang terpilih akan menjalankan Proof of Concept (POC) dengan berbagai perusahaan besar di Indonesia seperti BRI Ventures dan MDI Ventures (anak usaha Telkom Indonesia). Puncaknya, program ini akan ditutup dengan sesi demo di ajang Coinfest Asia, festival crypto terbesar Asia yang akan digelar di Bali pada 21-22 Agustus.
Peluncuran Tokenize Indonesia juga diumumkan dalam acara ONCHAIN 2025 di Bangkok—sebuah forum tahunan yang mempertemukan para investor, founder startup, hingga pelaku industri RWA dari sektor keuangan tradisional maupun fintech. Tahun ini, acara itu berhasil menarik lebih dari 500 peserta.
Qin En Looi, Partner di Saison Capital, juga menegaskan komitmen mereka terhadap pengembangan teknologi blockchain. “Di Saison Capital, kami percaya bahwa teknologi blockchain dan manfaat luasnya akan menjadi fondasi dalam membentuk masa depan keuangan yang inklusif, mentransformasi sistem keuangan yang ada, dan menciptakan akses yang lebih merata untuk semua. Meski kondisi pasar saat ini sedang volatil, kami tetap menjadi investor aktif dalam startup blockchain yang menyelesaikan permasalahan nyata di sektor keuangan. Kami percaya pentingnya menjalin kolaborasi dengan mitra strategis untuk memberikan dukungan nyata bagi para founder, dan kami senang menemukan mitra yang sevisi seperti BRI Ventures dan Coinvestasi,” ungkapnya.
Melihat semua ini, kami menyimpulkan bahwa prospek aset digital di Indonesia bukan hanya cerah – tapi sudah di depan mata. Tantangan tentu masih ada, mulai dari edukasi, keamanan, hingga regulasi yang terus berkembang. Tapi dengan kolaborasi lintas sektor seperti yang kita lihat saat ini, kita punya peluang besar untuk jadi pemain penting dalam ekonomi digital masa depan.
Bagi kami, ini saatnya untuk semakin waspada, melek teknologi, dan terbuka terhadap peluang baru. Jangan sampai momentum ini lewat begitu saja.
