Generasi milenial saat ini menghadapi berbagai tantangan keuangan yang tidak sepele. Menurut Gembong Suwito, seorang perencana keuangan, masalah ini kian diperparah karena sebagian besar dari mereka tidak memiliki dana darurat. Situasi ini membuat mereka rentan terjerat dalam pinjaman online (pinjol) dan skema paylater.
Gembong menekankan bahwa banyak milenial yang tidak memiliki tujuan keuangan yang jelas dan tidak memiliki pengaturan keuangan yang baik. Selain itu, mereka juga berada dalam tekanan generasi sandwich, di mana mereka harus menanggung beban keuangan keluarga dan anak-anak mereka.
Media sosial dan pola konsumsi yang tinggi juga memainkan peran penting dalam fenomena ini. Gaya hidup yang didorong oleh keinginan untuk selalu tampil terkini dan tekanan iklan yang masif telah mendorong generasi muda untuk lebih sering menggunakan layanan paylater tanpa mempertimbangkan kemampuan finansial mereka.
Kasus-kasus ekstrem seperti orang dengan gaji minimum yang memiliki hutang di banyak pinjol menunjukkan seberapa dalam masalah ini telah meresap ke dalam kehidupan generasi muda. Gembong menegaskan bahwa fenomena ini mempengaruhi cara generasi muda mengelola keuangan mereka, yang sering kali menjadi tidak teratur dan boros.
Untuk mengatasi masalah ini, Gembong menyarankan pentingnya melakukan pemeriksaan keuangan secara rutin, seperti membandingkan aset dan utang serta menilai apakah aset yang dimiliki bersifat produktif atau konsumtif. Pengelolaan pengeluaran juga harus diatur dengan baik agar tidak melebihi pendapatan.
Pemeriksaan keuangan ini sebaiknya dilakukan setidaknya setahun sekali, atau lebih sering seperti setiap enam bulan, untuk memastikan bahwa keputusan keuangan yang diambil dapat diukur dan dimonitor dengan baik. Ini merupakan langkah penting untuk membangun fondasi keuangan yang kuat bagi generasi milenial.